Menegur Dengan Lemah Lembut Lebih Disukai Allah

Share it:

Dalam Q.S Taha : 44. 

فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.

Yakni dengan bahasa yang mudah dipahami, halus, lembut, dan penuh adab tanpan sikap kasar, arogan, dan intimidasi dalam berkata atau bertindak brutal. Demikian kalimat yang dipilihkan Allah untuk Musa dan Harun dalam mendakwahkan tauhid kepada Fir’aun, seorang thaghut dan Kafir.

Kemudian dalam QS. Al-Naazi’aat: 18-19. 

فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى () وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى

“Dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?".

Lantas..?
Kenapa Allah menyerukan harapan akan datangnya hidayah, bukankah Allah Maha mengetahui bahwa Fir'aun yang dalam puncak kekufurannya itu tidak akan pernah mengindahkan seruan itu?

Bukankah Allah Maha tahu bahwa Fir'aun itu Thagut, dan sudah sepantasnya menegur dengan kata-kata yang keras dan tegas mengancam, serta kalimat umpatan  sumpahserapah lainnya. Kenapa Allah memerintahkan yang demikian? Bukankah Allah Maha tahu bahwa perbuatan itu akan sia-sia semata?

Karena sesungguhnya Allah itu Mahalembut

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

“Sesungguhnya Allah Mahalembut, menyukai orang yang lembut. Dan sesungguhnya Allah memberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikannya kepada sikap kasar.” (HR. Muslim).

Dalam kisah ini Allah memberikan pengajaran akan pentingnya adab, sopan santun dan tatakrama dalam berkomunikasi dan berinteraksi terhadap sesama mahluk-Nya, dan sesungguhnya :

 كَانَ الرِّفْقُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ, وَمَا كَانَ الْعُنْفُ فِيْ
شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya.” (HR Muslim)

 Sementara ada sebagian kaum muslimin yang mendakwahi dan menasihati sesama dengan kalimat cela,  menyesatkan, dan uangkapan-uangkapan buruk dan kasar lainnya? Apakah dia menginginkan mengeluarkan saudaranya dari keburukan ataukah sebaliknya, menginginkan keburukan tetap kukuh pada diri sahabatnya?
Share it:

Post A Comment:

0 comments: